Jumat, 04 Juni 2010

Tali

Lasmi, belakangan ini kuperhatikan suaramu kian parau, bahkan kudengar para tetangga menggosipkan kamu yang suka mengigau, kenapa? Belakangan ini kamu semakin melemah, ada apa? Adakah kamu kurang makan, mengapa? Apakah Parman tidak memperlakukanmu dengan baik? Lasmi, jangan sesekali juga kamu bermain-main dengan kesehatanmu. Aku tidak suka. Catat itu.

Lasmi, beberapa hari belakangan ini, kulihat kamu gelisah setiap aku mendekatimu, ada apa? Jangan takut Lasmi, malam itu aku khilaf.

Ah, Lasmi, maafkan aku. Malam minggu yang lalu aku terlalu keras membentak kamu yah? Terlalu kuat aku menggamparmu yah? Ya memang demikian, aku membentakmu sangat keras, menggamparmu begitu hebat. Tapi aku melakukannya untuk kebaikanmu, karena aku mencintai kamu. Aku tidak mau kehilangan kamu, tetapi mengapa kau lakukan semua ini padaku, Lasmi? Aku tidak mau kamu dekat-dekat dengan Parman, tetangga kita sebelah yang terkenal genit pada semua perempuan kampung di sini, baik yang gadis maupun yang sudah bersuami bahkan sampai yang janda seperti kamu sekarang ini, Lasmi. Aku cemburu, Lasmi.

Lasmi, malam itu aku benar-benar khilaf. Aku tidak menyalahkan tindakanmu tempo malam. Terlalu hebat cintaku padamu sehingga aku tidak mungkin menyimpan dendam yang kesumat padamu, ataupun Parman. Kuikhlaskan sudah hubungan gelap kalian, Lasmi. Aku maklum kamu. Aku cinta kamu bahkan sampai detik ini.

Maksudku belakangan ini menghampirimu bukan untuk menuntut balas padamu yang sudah meracuni teh yang kau siapkan untukku tempo pagi. Bukan itu. Aku cuma minta dibukakan tali yang mengikat bungkus mayatku ini, Lasmi. Aku belum bisa tenang, belum bisa berangkat menghadap Yang Kuasa, Lasmi. Aku mohon, bukakan tali ini untukku, jangan malah merinding sendiri lalu mengusirku berkali-kali dengan tubuh telanjangmu di ranjang kamar kita yang ternoda oleh sebuah nama bernama Parman.

1 komentar:

Meitta Lim mengatakan...

AFFAIR until kill her own husband? or maybe not her husband?