Senin, 28 Juni 2010

Karnaval

Bertepak-bertepuk,
orang-orang menonton karnaval..
Badut melempar-lempar bola,
peniup seruling mengeluarkan ular,
kereta kuda melintas..
Karnaval..

Bertepak-bertepuk,
disini ramai,
aku masih lima..
Aku yang belum pernah ke Jakarta ini,
masih menggandeng tangan ibu,
erat,
kalau terlepas nanti tersesat..

Bertepak-bertepuk,
marching band bermain genderang,
peniup api menyemburkan api,
pesulap memamerkan bakat..
Karnaval..

Bertepak-bertepuk,
aku mulai pegal,
ingin menumpang duduk,
sambil melepas dahaga,
tapi ibu masih mau menonton..

Bertepak-bertepuk,
aku pamit duduk sebentar,
ibu memberi uang untuk jajan,
Beli minum, katanya..

GLEK.. GLEK.. GLEK..
Ahh, segar..

Bertepak-bertepuk,
aku kembali ke barisan karnaval..
Lho, Ibu ke mana..?

Bertepak-bertepuk,
aku tidak melihat ibu..
Ibu hilang bersama karnaval..
Atau aku yang hilang bersama karnaval..?
Aku sendirian..
Padahal aku masih lima..

Bertepak-bertepuk,
untung ada om baik hati yang mau membantu aku mencari ibu..
Aku masih lima,
aku ikut om baik hati..

Bertepak-bertepuk,
aku berjalan menjauh dari karnaval,
om bilang mencarinya besok pagi saja..
Besok pasti aku bertemu Ibu lagi..

...
Tidak ada bertepak-bertepuk lagi,
om bilang kalau mau ketemu ibu aku harus menyanyikan lagu syahdu di jalanan,
Nanti Ibumu pasti melihatmu kalau lewat jalanan..
Yah, siapa tau..

Aku masih lima..

Tidak ada komentar: