Jumat, 03 Agustus 2012

Bin(a)tang

Jegeg, Ajeng, dan Tugeg, begitu aku memanggil mereka. Anak-anak kecil dengan masing-masing memegang bola kasti dan frisbee di tangan mereka. Aku ini anjing. Mengerikan di mata mereka yang asing baunya untukku, yang asing rupanya untukku, yang mana menatap mataku kemudian mendapati amuk yang murka di balik retina. Menyipit dan siap menyerang. Aku ingat ketika aku nyaris membunuh seorang lelaki.

Aku nyaris membunuhnya. Insting binatangku diselimuti bayangan gelap yang akhirnya jatuh dan menghalangi mataku. Setan kemudian ikut mengolok-olok. Tatapan mata sekawanan teman seolah berubah alih menjadi musuh. Seperti orang yang tidak kukenal, atau aku yang menjadi seekor makhluk yang tidak mereka kenal? Rasanya seperti bebas mengeluarkan semuanya. Aku seekor anjing. Tetapi Jegeg, Ajeng, dan Tugeg, begitu aku memanggil mereka, anak-anak kecil dengan masing-masing memegang bola kasti dan frisbee di tangan mereka. Ketiga anak kecil yang selalu melemparkan benda-benda itu untuk kutangkap. Dan aku tahu, bahwa saat-saat seperti itulah aku merasa pulang.

Cilincing, 2010