Rabu, 26 Desember 2012

Hiduplah Seperti Air yang Mengalir

"Yang perlu kamu lakukan saat ini hanya menentukan visi dan misi hidup. Karena hidup juga memiliki visi dan misinya sendiri. Find the purpose by taking your passion. Fokus pada tujuan akhir."

"Bukankah itu bertentangan sekali dengan falsafah kuno yang mengatakan : 'hiduplah seperti air yang mengalir'?"

"Falsafah itu terlalu sering disalah artikan orang. Sesungguhnya, yang dimaksud dengan 'hiduplah seperti air mengalir' bukanlah sekedar hidup dengan mengikuti arus, melainkan : 'jangan pernah kamu biarkan apa yang ada di depanmu menghentikan langkahmu, lihatlah bagaimana air selalu mencari jalan jika di depannya ada bebatuan atau halangan lainnya', bukankah air selalu fokus pada tujuan akhirnya : LAUT."

Padalarang, 26 Desember 2012

Rabu, 12 Desember 2012

Plot

Dengan kecepatan delapan puluh kilometer per jam, seorang lelaki membonceng istri dan anaknya yang remaja. Sedari mengantar anak dan istrinya dari pasar, kemudian melintasi jalan-jalan menuju rumah. Matanya lengah. Lubang akibat jalan yang tidak rata luput dari penglihatannya.

GUBRAK!

Sang lelaki terlempar dua kaki. Ke arah yang sama, menyusul sang anak terhimpit sepeda motor yang jatuh kemudian sedikit terseret. Sementara sang istri terpental ke arah yang berbeda. Lelaki itu mencoba bangkit, membantu anaknya yang masih terjebak posisi sepeda motornya. Akhirnya sang anak berhasil berdiri. Belum sempat sang lelaki menuju posisi jatuhnya sang istri, sebuah truk besar yang tidak sempat menghentikan lajunya terlanjur melindas tubuh sang istri. Tubuhnya terbelah dua. Sang lelaki diam. Tidak mampu bergerak. Termasuk sekadar meneteskan air mata.

***

Seorang remaja, bersiul-siul menyusuri jalan dengan sepeda motor yang dikemudikan sang ayah. Tiba-tiba sepeda motor seolah memberontak. Ia terjatuh sambil sedikit terseret. Posisinya tidak menguntungkan. Sebelah kakinya tertimpa bagian body sepeda motor. Ia menjerit kesakitan. Kemudian sang ayah mencoba menolongnya. Ia berdiri, mencari ibu. Tetapi suara mengerikan yang menarik pandangan matanya ke arah lain membuatnya terdiam. Meneteskan air mata tanpa suara. Tubuh sang ibu tergeletak di tanah. Terlindas habis oleh sebuah truk yang tak sempat berhenti.

***

Para remaja lelaki berkumpul di sebuah gubuk pinggiran jalan raya. Dua di antara mereka bermain catur, sisanya ada yang memetik gitar, lainnya bernyanyi. Permainan catur dan gitar mereka berhenti ketika terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Mereka berlari menuju asal suara. Didapatinya seorang lelaki sedang memeluk anaknya sambil menangis. Sementara sesosok perempuan yang tengah menjadi mayat tergeletak di jalanan. Dan satu lagi, sebuah truk yang berhenti tak jauh dari posisi mayat, dengan seorang sopir dan kenek yang masih ada di dalamnya. Para remaja lelaki berhamburan menuju lokasi truk. Siap menerkam. Siap menghancurkan.

***

Sebuah perusahaan menugaskan dua orang kurirnya mengantarkan pesanan pelanggan. Melintas dari jalan raya, menuju jalan bebas hambatan, kemudian kembali melewati jalan penuh hambatan. Satu kiriman untuk hari itu. Tiba-tiba motor di depan mereka terjatuh. Kemudian satu dari penumpangnya terpental menuju truk yang sedang mereka kendarai. Panik menyebar, rem tak terinjak. Bunyi berikutnya memastikan bahwa tubuh perempuan yang terpental barusan tak lagi bernyawa. Di hadapan mereka, dari balik kaca depan, sepasang ayah dan anak saling berpelukan. Mereka ketakutan. Tak mampu melanjutkan perjalanan. Tak mampu juga untuk turun. Ketakutan bertambah ketika sekumpulan warga setempat datang berhamburan. Menuju mereka.

Jumat, 03 Agustus 2012

Bin(a)tang

Jegeg, Ajeng, dan Tugeg, begitu aku memanggil mereka. Anak-anak kecil dengan masing-masing memegang bola kasti dan frisbee di tangan mereka. Aku ini anjing. Mengerikan di mata mereka yang asing baunya untukku, yang asing rupanya untukku, yang mana menatap mataku kemudian mendapati amuk yang murka di balik retina. Menyipit dan siap menyerang. Aku ingat ketika aku nyaris membunuh seorang lelaki.

Aku nyaris membunuhnya. Insting binatangku diselimuti bayangan gelap yang akhirnya jatuh dan menghalangi mataku. Setan kemudian ikut mengolok-olok. Tatapan mata sekawanan teman seolah berubah alih menjadi musuh. Seperti orang yang tidak kukenal, atau aku yang menjadi seekor makhluk yang tidak mereka kenal? Rasanya seperti bebas mengeluarkan semuanya. Aku seekor anjing. Tetapi Jegeg, Ajeng, dan Tugeg, begitu aku memanggil mereka, anak-anak kecil dengan masing-masing memegang bola kasti dan frisbee di tangan mereka. Ketiga anak kecil yang selalu melemparkan benda-benda itu untuk kutangkap. Dan aku tahu, bahwa saat-saat seperti itulah aku merasa pulang.

Cilincing, 2010

Minggu, 22 Juli 2012

Hitam yang Pengap

Malam ini aku memperhatikannya tertidur. Dadanya teratur turun dan naik seirama suara nafas yang keluar perlahan dari hidung sesekali dari mulutnya disusul satu dua dengkuran kecil. Aku menatap proses naik-turun itu. Konsentrasi seorang anak yang terlalu takut melihat proses itu berhenti karena baru saja matanya disajikan berita kematian tentang seorang artis yang dijemput kematian saat tertidur dari televisi yang dibiarkan lelaki terlelap itu tetap menyala. Entah sengaja untuk mengusir sepi, entah ia lupa.

Wajah yang kutatap ini adalah wajah yang menghabiskan tuanya dengan memandangi gedung mal megah di depan lapak kecil tempatnya menjajakan dagangannya. Setiap keriput memberi ceritanya sendiri. Tempo lalu ayah pulang dengan membawa keluh kesah kepada ibu tentang petugas berseragam yang mengusirnya dari tempat ia biasa berjualan, tetapi ia membawa senyuman untukku dan berpesan,"Besok pasti lebih baik untukmu, Nak."

Jika ayah berkata demikian, artinya ayah belum bisa membawakan sepeda yang selama ini kuinginkan. Apa boleh buat. Aku tak boleh mengeluh. Mereka hanya bidak catur yang diupah oleh pihak yang lebih berkuasa untuk mengusir secara blak-blakan dan mencolok agar demikianlah mereka dilihat bahwa mereka sedang menjalankan tugas negara. Semakin mencolok semakin kelihatan bekerja. Kalau perlu main pukul juga halal untuk mendapat kebanggaan dari seragam yang mereka pakai. Sepertinya itu prinsip mereka untuk memberitahukan perbedaan derajat antara pekerja berseragam seperti mereka dengan pekerja untung-untungan seperti ayah.

Keesokannya, ayah pulang membawa cerita untuk ibu. Kudengar terjadi pembicaraan antara pihak petugas berseragam dengan pihak pengelola mal tempat lapak ayah digelar. Katanya akan diadakan Operasi Sapu Bersih di area itu. Artinya ayah akan kehilangan sumber pencahariannya. Seorang teman ayah yang menolak terpaksa harus rela diambil buah-buahan yang dijajakannya, melihat para petugas tertawa sambil membagi-bagikan buah-buahan yang mereka rampas atas nama negara itu kepada rekan-rekannya.

Diam-diam keesokan harinya aku berencana mengikuti ayah. Aku tidak rela ayah dipukuli. Aku melihat dua orang petugas berseragam duduk sambil meminum es kelapa yang dijajakan salah seorang pedagang kaki lima di sekitar situ. Tapi aku tidak melihat ayah di tempat biasa ia berjualan. Beberapa orang tampak baru saja keluar dari gerbang mal yang letaknya persis di depan lapak ayah. Beberapa menggerutu, menggumam, berceracau kacau, bahkan ada yang menginjak topi yang dilemparkannya sendiri ke tanah tempat ia berdiri. Aha! Itu ayah. Ia mengelap keringatnya.

Seorang petugas yang bertubuh gempal memberi komando. Dua petugas yang tadinya menikmati es kelapa yang dibelinya dari seorang pedagang minuman kaki lima, kini beranjak dari tempatnya. Mereka mendorong jatuh gerobak milik si penjual es kelapa. Mereka seperti pesakit kepribadian ganda yang berubah menjadi alter egonya. Semenit lalu mereka beramah tamah pada pedagang kecil itu, semenit kemudian mereka menjadi serigala baginya.

Aku tidak tahu bagaimana akhir kisah itu karena ayah terburu melihatku. Ia memboyongku pulang ke rumah dan memperingatkan untuk tidak lagi mendatangi tempatnya berjualan. Nafasku sesak melihat peristiwa brutal itu. Seperti gerombolan dubuk hutan yang berani menggonggong keras kepada singa hanya karena mereka bergerombol. Nafasku tersengal-sengal diselingi isak sedu dan sedan. Ayah membopongku pulang, membiarkanku tenang dalam peluknya. Ayah berpesan,"Besok akan lebih baik lagi, Nak." Artinya ayah belum bisa membelikan sepeda yang selama ini kuidamkan.

Malam ini aku memperhatikannya tertidur. Dadanya teratur turun dan naik seirama suara nafas yang keluar perlahan dari hidung sesekali dari mulutnya disusul satu dua dengkuran kecil. Aku menatap proses naik-turun itu. Terlihat air mata mulai berenang di sekitar retina matanya. Jatuh. Aku takut membangunkannya. Aku memutuskan pergi, terbang menjauh. Di hadapanku, aku melihat seorang tua yang sedang berbaring tidur. Dan aku semakin tinggi menuju awang-awang. Menuju ketidakhadiranku lagi di dunia. Terakhir kali nafas sesakku tidak lagi terselamatkan karena ternyata hari esok yang ayah katakan tidak juga menjadi lebih baik untukku. Aku tiba di rumah tanpa nyawa dalam pelukan ayah.

Lelaki ini hanya ingin membelikanku sepeda setidaknya untuk memberi kebahagiaan kecil dalam hidupku mengingat biayaku untuk berobat yang menjerat keuangannya terlalu mustahil untuk ia penuhi. Televisi masih menyala, kali ini acara religi panggilan Shalat Subuh membangunkan ayah. Dan aku yang di awang-awang, mendoakan ayah agar hari ini benar-benar menjadi lebih baik.

Kamis, 07 Juni 2012

Work Hard Play Hard

Barangkali kata yang paling pas untuk semua makhluk di bumi dalam membunuh waktu luang, lari dari rutinitas, dan berkomunikasi secara universal antar makhluk adalah 'bermain'.

Lihat bagaimana wahana permainan di berbagai objek wisata dipenuhi manusia dari segala usia yang ingin memuaskan hasratnya untuk berteriak selepas-lepasnya. Tidak ada ruginya bagi mereka jika tidak menyelesaikan prosedur antrian panjang yang lama dan membosankan, tetapi mereka melakukannya meski harus berpanas-panas dan berpeluh keringat. Hanya untuk satu tujuan : 'bermain'.

Perhatikan bagaimana seorang anak yang baru pulang sekolah langsung berlari menghampiri kucing kesayangannya dan mengajaknya bermain lempar bola. Seolah permainan yang mereka lakukan itu menjadi bahasa pemersatu antara manusia dan hewan.

Atau lihat kompetisi empat tahunan ajang dunia yang memaksa semua mata manusia menatap ke arah satu benda yang mampu menghipnotis seluruh umat manusia yang menggilainya. Kejuaraan sepak bola kelas dunia yang sebentar lagi akan digelar, bukan hanya berbicara tentang pekerjaan bagi setiap atlet kelas atas saling berebut piala untuk menaikkan karirnya atau melejitkan namanya sebagai pemain papan atas. Kejuaraan itu bisa dilihat sebagai wahana permainan yang dipenuhi passion seluruh pesertanya untuk menggenapi fantasi dan imajinasi mereka di lapangan hijau, seperti atraksi seorang kiper menghalau bola hasil tendangan lawan ke arah gawangnya dengan kakinya seperti yang pernah dilakukan Rene Higuita, kiper Kolombia yang terkenal dengan penyelamatan tendangan kalajengkingnya. Atau David Beckham yang mencetak gol dari tengah lapangan, di mana jika saja tendangannya saat itu tidak membuahkan gol tentunya semua orang akan berpikir bahwa apa yang dilakukannya hanyalah aksi putus asa atau mungkin sebagian lagi akan berkomentar,"Seharusnya dia menggiring bola lebih ke dalam lagi atau mengoper bola kepada rekannya."

Dalam pertandingan sepak bola selalu saja ada sosok fantasista yang menghadirkan permainan ajaib di luar dugaan yang mampu membuat hati para penggilanya berdegup kencang penuh rasa penasaran dan pertanyaan seperti,"Permainan macam apa yang akan kau perlihatkan hari ini?"

Dari sisi sosial, sepak bola telah menjelma dari sekedar olahraga yang dipertandingkan menjadi satu media pemersatu segala ras dan budaya. Terlihat dari spanduk-spanduk bertuliskan "No Racism" yang sering dikibarkan para penonton di stadion. Sepak bola juga menjadi lambang cinta dan berbagi dalam penerapannya bahwa team work dan kematangan emosi pemain menentukan kemenangan sebuah tim.

Jadi, sudahkah kamu menentukan siapa fantasistamu tanpa memikirkan dari negara mana dia berasal? Let football unites the difference!

Pesan bersenang-senang, kebersamaan, celebration and sharing the love terlihat dalam pesta olahraga akbar ini. Euro 2012 merepresentasikan hal-hal yang disebutkan tadi, karena kompetisi dunia ini bukan soal siapa melawan siapa, tetapi ada kesenangan dari kebersamaan yang terbentuk dengan diadakannya kejuaraan dunia ini.

"Adidas is (A)ll (d)ay (I) (d)ream (a)bout (s)occer." -David Beckham, seorang ambassador merk perlengkapan olahraga terkenal Adidas.

Kick off!

Jumat, 01 Juni 2012

Romansa Tanpa Konsep

Tidak ada yang salah dengan konsep seorang matematikawan yang mencinta warna jatuh cinta kepada pelukis yang gemar menggambar angka. Matematikawan yang ahli menata warna dalam setiap penerapan dan implementasi dari kombinasi hasil hitung dan rumusan Pythagoras-nya. Sementara sang pelukis gemar mencetak angka dari permainan kuas di atas kanvas. Tidak nyambung! Tetapi demikianlah cara romansa sering hadir dan tidak jarang membuat keduanya melambung. Bukankah romansa itu serba bingung dan tak mampu diperhitungkan? Jika romantika bisa diukur dengan matematika, hasilnya pastilah Determinan dengan akar-akar tidak riil yang imajiner, tidak terdefinisi.

Senin, 23 Januari 2012

(Sun)flower

Sebelum para penyair modern merepresentasikan makna-makna tentang bunga seperti Tulip, Amaryllis, hingga Bunga Matahari, para penyair Yunani Kuno telah lama menyajikan makna-makna bunga itu dengan kisah sentuhan mereka.

Kisah ini hidup pada zaman di mana seorang penyair Yunani bernama Homerus hidup dengan mengemas kisah perang ke dalam kisah Odyssey.

Kisah dimulai dari seorang Clytie yang mencintai Apolon, sang Dewa Matahari. Namun Apolon tidak mencintai Clytie. Hal ini menyebabkan kesedihan mendalam di hati Clytie. Sembilan hari lamanya ia hanya duduk sendirian dan tidak mau makan maupun minum. Satu-satunya makanan hanyalah air mata dan embun yang dingin. Dan satu-satunya hal yang ia lakukan dalam kesendiriannya itu hanyalah memandang matahari.

Clytie menatap pada matahari ketika dia naik hingga terbenam, demikian ia melalui hari-harinya. Ia tidak melihat benda lain, wajahnya terus memandang kepadanya. Memperhatikan matahari yang dicintainya itu.

Akhirnya, anggota tubuh bagian bawahnya menembus tanah, mengakar di dalamnya. Wajahnya berubah menyerupai apa yang selama ini dipandangnya sepanjang hari, menjadi bunga matahari. Kemudian tubuhnya berubah menjadi batang. Ia selalu menghadap matahari selama berhari-hari. Ia menjadi bunga matahari yang hingga kini masih menyimpan cintanya kepada matahari.

Demikianlah bunga matahari yang selalu mengikuti kemanapun cahaya matahari itu pergi, menjadi lambang keteguhan hati dan kesetiaan dengan filosofi modern :
SELALU MEMPERHATIKANMU.

Kamis, 12 Januari 2012

Gemini

Jika pagi hingga sore adalah medan peperangan antara tenaga dan pikiranku, maka malam merupakan medan pertem(p)u(r)an antara jiwa dan pikiranku. Pertempuran batin atau pertemuan batin, aku sendiri tidak mengerti. Apakah esok aku harus menampilkan sosok diriku apa adanya? Atau aku perlu mengaktifkan sisi androgini dari diriku? Sisi kelelakianku atau sisi kewanitaanku? Separuh dari mereka menyebutku moody, separuhnya lagi menyebutku freak. Tetapi aku menyebut diriku : 'Gemini'.

Selasa, 10 Januari 2012

You Complete Me

Apa itu kesempurnaan? Barangkali jawaban yang pertama kali melompat keluar seketika dari kepala kita saat mendengar pertanyaan itu adalah bahwa kesempurnaan merupakan segala hal yang dipenuhi kebaikan secara mutlak. Dalam tulisannya, seorang guru sufi menjawab sangkaan itu dengan jawaban,"Tidak."

Menurutnya kesempurnaan adalah yang hitam tetapi sekaligus putih, kebahagiaan sekaligus juga kesedihan, ketiadaan sekaligus juga keberadaan. Katanya kesempurnaan bukan yang hanya dipenuhi dengan hal baik saja. Bukankah kita menyebut Tuhan itu Maha Sempurna? Kebaikan-Nya melampaui kebaikan makhluk manapun. Tak seorang pun manusia mampu melakukan kebaikan melebihi kebaikan-Nya.

Guru sufi itu menjelaskan, jika kesempurnaan itu hanya berisi hal baik, apakah artinya jika ada orang yang demikian jahatnya akan membuat kita takut kepadanya melebihi ketakutan kita kepada Tuhan? Tidak. Bukankah Tuhan bisa melakukan hal yang mampu menaklukkan kengerian yang bisa ditimbulkan oleh manusia manapun? Tuhan Maha Sempurna, Ia-lah pemilik segala nilai kehidupan.

Apakah itu artinya kesempurnaan merupakan perpaduan harmonis dan apik antara beberapa hal yang berlawanan? Bukankah untuk menjadi 'genap' dibutuhkan 'ganjil'? Bukankah dua potong magnet bisa merekat sempurna karena adanya dua kutub yang berlawanan? Bukankah tanpa ada penjahat seperti Joker, maka Batman bukanlah apa-apa?

Demikianlah aku menyampaikan pengertian tentang kesempurnaan ini kepadamu, karena aku ingin mengatakan,"Mencintaimu telah menggenapkanku, mengisi yang tidak ada padaku menjadi ada padaku. You complete me."

L-o-o-n-e-y

Pernah sekali waktu ketika aku menghabiskan malam di tengah keramaian sebuah kafe yang dihidupkan oleh permainan apik dari konser musik hidup yang dibawakan band muda yang belum ternama. Di sekitarku tampak beberapa orang, mulai dari yang muda hingga yang berusia, yang laki-laki, yang perempuan, bahkan hingga yang keduanya. Mereka tertawa, melepas penat, meneguk larutan hasil kombinasi antara sari buah dan alkohol. Memabukkan dan mampu membawa mereka ke alam yang mereka cari, alam setengah sadar sampai alam tak sadar. Tetapi tunggu dulu...

Pause

Kau tahu? Sejenak tadi aku melihat ada kekosongan di mata mereka. Seorang laki-laki yang sedari tadi tertawa paling keras, sekilas terlihat melamunkan sesuatu, memperhatikan gelas beningnya yang berkeringat oleh es batu yang mengembun dengan pandangan kosong. Seorang wanita yang sedari tadi berkomat-kamit ceria melantunkan lirik lagu yang dibawakan kawanan pemain band, sejenak terlihat menitikkan air mata. Apa yang mereka rasakan sesungguhnya?

Play

Ya, siapa yang tahu? Bukankah demikian kau juga menceritakannya kepadaku, bahwa kau melewati hidupmu dengan kekuatan yang kau pertahankan sepanjang hari di depan orang lain agar kau selalu tampak kuat dan ceria, hingga malam datang dan menyisakan dirimu hanya seorang, kemudian baru kau terbebas dari pertahananmu itu? Lalu kau log in ke duniamu yang sebenarnya dengan kata sandi yang selama ini tersimpan di dalam hatimu yang paling dalam :

L-o-o-n-e-y

Log out