Senin, 28 Juni 2010

Don

Aku ingin membuat pengakuan kecil padamu, Monika. Jujur sejujur-jujurnya, ada sepotong kecil bagian hidupku yang selama ini tidak pernah kukatakan kepadamu. Apa yang kau tahu tentang aku selain seorang anak laki-laki yang lulus tiga tahun lebih dulu dari SMU yang sama denganmu, Monika? Tak ada?

Bahkan teman-teman sekolah yang kukenal dekat dan jauh pun tidak ada satupun yang mengenal baik siapa aku. Mereka tidak tahu yang sebenar-benarnya tentang aku. Aku lebih mirip seorang Don yang hidup dari banyak sisi, mulai dari sisi yang paling gelap sampai sisi yang paling terang.

Aku ingat betul dulu ketika salah seorang anak kelasku bercerita dengan bangganya ketika ia berhasil masuk ke dunia gemerlap bernama diskotik. Dia juga yang paling sok tahu tentang segala macam narkotika dan obat-obat terlarang. Waktu itu aku cuma berdiam, kadang pura-pura merasa ngeri mendengar cerita-ceritanya. Ya, aku cuma pura-pura. Dan tahukah kamu? Aku sukses berpura-pura. Dulu aku harus menjaga citraku sebagai anak kesayangan guru-guru di sekolah. Ah, sebenarnya tidak juga kok, yang lebih utama adalah aku harus mematuhi perintah tangan kanan yang dipercaya Tuan Emir kala itu untuk membinaku sebagai calon Don yang hidup dari banyak sisi.

Tuan Emir bilang aku harus tampil bodoh sebodoh-bodohnya, alim sealim-alimnya di lingkunganku. Tuan Emir mengajarkan aku caranya berdiam dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Tuan Emir membinaku untuk menjadi Don yang gila membabi buta pada malam hari.

Tidak satu pun ada teman-temanku yang tahu tentang kisahku yang ini. Tidak teman-teman SMU-ku, tidak teman-teman kuliahku, demikian juga denganmu, Monika. Sekarang, ketika kau membaca catatanku kali ini, kau pasti mengerti bukan, mengapa aku sering mendadak pergi setiap aku berkunjung ke rumahmu? Tuan Emir memanggil, transaksi menanti, itulah aku yang sebagai Don harus beraksi.


-Jakarta, 2006

Tidak ada komentar: