Jumat, 06 Agustus 2010

I Will Come To You

Bangku sekolah dasar sudah lama kita tinggalkan, Antonius. Kita lulus sejak tiga belas tahun yang lalu. Sampai akhirnya kau memilih melanjutkan ke sekolah yang berbeda denganku. Tahukah kau waktu itu, sepulang sekolah hari pertamaku di bangku SLTP, aku berlari ke rumahmu. Berharap aku masih sempat mengantarmu pindah rumah.

Aku mengejar waktu, atau aku dikejar waktu? Aku gagal. Tidak sempat. Kulihat rumahmu sepi. Tidak seperti belasan tahun lalu saat kita masih sering makan siang bersama di meja kayu kecil, di rumahmu. Makan siang dengan teri dan sayur alakadarnya, tetapi semuanya kita lahap sambil bercengkerama. Padahal kalau saja ada ibumu, pasti kita dimarahi, bukan? Orang tuamu, orang tuaku, selalu menekankan 'tidak boleh makan sambil bicara'.

Belakangan, kudengar kabar tentangmu, katanya sejak kau tahu perihal aku mengejar kepindahanmu waktu itu, di mana aku tetap terlambat, kau jadi uring-uringan, Antonius? Benar begitu? Kenapa? Ada apa, Sahabatku?

When you have no light to guide you
And no one to walk beside you
I will come to you
Oh I will come to you


Waktu itu yang bisa kita lakukan hanya berhubungan via surat. Kabar-kabari antara kita cuma bisa dilakukan lewat perantaraan tukang pos. Lamban. Tidak canggih. Aku akan selalu ada untukmu, Antonius. Jangan khawatir. Aku tidak meninggalkanmu. Seberapapun jauh jaraknya.

When the night is dark and stormy
You won't have to reach out for me
I will come to you
Oh I will come to you


Jangan uring-uringan terus, Antonius. Kasihan ibumu. Kulihat kau seperti menggila. Mari, katakan padaku lewat surat ini. Ada apa denganmu? Kau frustasi? Depresi? Kau membutuhkanku, Sahabat? Aku ada untukmu. Ingat kita sahabat, bukan? Jarak bukan masalah. Bahkan hujan sekalipun, kau tidak perlu keluar mencariku, aku akan datang kepadamu.

Sometimes when all your dreams may have seen better days
And you don't know how or why, but you've lost your way
Have no fear when your tears are fallin'
I will hear your spirit callin'
And I swear I'll be there come what may


Kini kita masing-masing dua puluh lima, perjalanan masih jauh. Masih banyak tahun-tahun yang harus kita kejar, kita isi, supaya menjadi berarti. Jangan kau isi dengan kefrustasianmu yang menggila, Antonius. Kau seperti pasien pesakitan.

'Cause even if we can't be together
We'll be friends now and forever
And I swear that I'll be there come what may


Kau lihat ibumu? Ia setia menemani istirahatmu sepanjang malam. Ia khawatir padamu. Makanya ia memanggil macam-macam dokter, mulai dari dokter anak sampai dokter kejiwaan. Ia khawatir kau sakit, Antonius. Ia juga khawatir kau sudah gila cuma karena merasa kehilangan seorang sahabat, kehilangan aku.

We all need somebody we can turn to
Someone who'll always understand
So if you feel that your soul is dyin'
And you need the strength to keep tryin'
I'll reach out and take your hand


Tenanglah Antonius. Siang itu, sepulang sekolah aku yang salah. Aku berlari mengejar waktu. Berharap masih sempat mengantar kepindahanmu. Aku terlambat. Lalu aku pulang dengan kecewa. Berlari sambil menangis. Berlari, Antonius. Sampai lariku dihentikan sebuah truk sampah berwarna oranye. Aku terhempas. Sekarat. Mati. Lalu ibuku mengabarkannya kepadamu dan ibumu.

Oh I will come to you
Oh I will come to you

I will come to you,
Oh I will come to you


Tetapi tenanglah Antonius, aku selalu ada untukmu. Jangan kejang-kejang lagi. Kini sudah ada aku untukmu. Aku ada di hatimu. Aku ada di dalam tubuhmu. Aku merasuk ke dalammu. Aku bersemayam di dalammu.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

gila ya,len...
ga nyangka gw akhirnya
good job

Alain Frost mengatakan...

hahaha terima kasih yaw :)