Jumat, 02 Juli 2010

Kamar Mandi

Cerita ini kumulai dengan terdengarnya suara air dari kamar mandi, lalu hilang bersamaan kran ditutup. Kemudian disusul suara gigi dan sikat yang beradu. Aku menggosok gigi sambil memikirkan reportasi berita yang kuliput hari ini. Berita kematian seorang reporter yang terjun dari atap gedung tinggi di bilangan Jakarta Pusat. Alasannya cuma satu, istrinya selingkuh.

Kuharap berita yang kutulis ini akan menggugah hati pimpinan redaksi dan para pimpinan-pimpinan lainnya untuk mempertimbangkan keeksisanku di antara mereka. Keberadaanku diakui. Aku ada dan tidak mengecewakan.

Sayang sekali. Dari segi rupa, si reporter tidak buruk. Termasuk kelas tampan dan mapan. Nama lain predikat yang melekat pada dirinya adalah seorang eksekutif muda. Dua distro dan dua resto sudah dilakoninya dengan gemilang. Otaknya cemerlang untuk urusan strategi bisnis. Si reporter juga lancar mencari ide-ide brilian untuk mempercepat pencapaian break event point bisnis yang dirintisnya. Cuma selang tidak sampai satu tahun sejak membuka distro pertamanya, dia berhasil melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka restonya yang pertama. Lalu distro kedua, baru resto kedua. Karirnya sebagai reporter cuma karena lantaran jiwa petualangnya yang selalu melulu minta dituntaskan. Sekarang semuanya dianggap apa? Malah bunuh diri.

Aku tidak habis pikir bagaimana sang istri bisa selingkuh. Semua kebutuhannya dipenuhi, dari materi sampai urusan ranjang. 'Mau apa lagi dia?' tanpa sadar aku malah mengumpat sendiri.

Aku melihat ke muka kaca. Aku tidak lagi mendapati wajahku di dalam kaca. Hanya ada pantulan istriku yang baru masuk ke dalam kamar mandi ini, sambil mengusap-usap wajahnya, menyeka air matanya. Berkali-kali ia menyebut namaku dan menyesali perselingkuhannya. Suara air mengucur dari kran kamar mandi. Suara itu menghilang bersamaan dengan kran ditutup.

Tidak ada komentar: