Senin, 09 Mei 2011

Mencari Bee

Layar ponsel tidak lagi dihias screen saver yang menari-nari dan berdansa setiap lima menit. Kosong. Kutelusuri daftar kontak dan buku telepon yang tersimpan rapi di dalam memori telepon genggamku. Kubaca satu per satu, tersusun rapi secara berurut. Alfabet. Ketemu! Kutekan tombol hijau. Memanggil nomornya. Ah, tidak jadi. Sebelum nada panggilan pertama berbunyi, kuurungkan niat itu. Segera kutekan tombol merah. Panggilan dibatalkan.

Kedua ibu jari menekan beberapa tombol ponsel. Mengetikkan beberapa huruf yang kemudian segera tampil di layar ponsel. Siap kirim berupa susunan kata-kata. Sebagian besar pertanyaan, pertanyaan sepele yang sengaja dikirimkan sebagai luapan rindu. Berharap penerima mengerti, betapa aku yang mengirimkan pesan itu sangat merindukannya.

Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti 'sedang apa?', 'sudah tidur?', dan 'sudah makan?' siap dikirim. Kemudian aku ragu. Kuhapus satu per satu. Huruf demi huruf. Akhirnya layar kembali polos. Kemudian waktu terasa stagnan. Berhenti. Bahkan suara nyamuk pun terdengar. Seperti roket yang sebentar lagi siap meluncur. Kemudian gerakan slow motion, kepakan sayap nyamuk seolah bisa kucermati. Plak! Pipi kiri dan kanan ditepuk serentak. Sudah malam. Terlalu banyak berpikir bukan-bukan. Tidak boleh larut di dalam cerita.

Layar ponsel kembali polos. Perlahan, cahaya di layar mulai meredup. Kemudian mati sama sekali. Tidak ada panggilan yang kutujukan kepada Bee, tidak ada pesan berisi pertanyaan yang kutujukan kepadanya. Tidak ada untuk malam ini.



Jakarta, 10 Mei 2011
Didedikasikan untuk setiap mereka yang mencari Bee.

Tidak ada komentar: