Seorang mengatakan bahwa hidup tidak pernah memberinya pilihan, yang lain berkata bahwa hidupnya selalu ditabrak kemalangan. Sementara sebagian lagi mengeluh kesahkan perihal sekolahnya sampai ada yang membahas rumah tangganya. Semuanya bercerita seolah mereka makhluk paling sial di dunia. Tanpa keberuntungan sedikit pun. Seolah Fortuna sudah sejak lama membenci mereka.
Lalu apa yang kalian rasakan jika kalian nyaris gila karena hidup menuntut kalian untuk melahirkan tujuan sementara kalian kehilangan media untuk menggapainya. Seperti kisah Beethoven yang mendadak tuli sebelum ia melahirkan Fur Elise. Jika kalian menjadi dia, apakah Fur Elise akan lahir? Atau hanya akan menjadi malaikat maut yang terjebak di dalam kotak musik?
Apa yang terjadi kepada kalian jika kalian menjadi seorang Leonardo da Vinci yang mendapati bahwa ruang penyimpanan lukisannya dilalap api kebakaran? Apakah La Gioconda Monalisa akan lahir? Apakah The Last Supper akan dipamerkan di ruang-ruang kesenian negara?
Apa yang kalian tahu tentang aku? Selain dari percakapan-percakapan imajiner kita? Seperti seorang anak laki-laki yang mengisi hidupnya dengan debaran? Atau sebaliknya, seorang anak yang menghabiskan hidupnya tanpa impian?
Kukatakan satu hal padamu, Kawan. Sungguhpun aku ingin sekali untuk bisa melihat dunia secara penuh seperti yang bisa kalian semua lakukan, melihat matahari dengan penglihatan sempurna dari mata kiri dan kanan. Tetapi Tuhan telah sejak lama membutakan mata kiriku. Sungguh aku sempat menaruh kecewa kepadaNya. Namun, aku mengerti bahwa semua diizinkanNya terjadi demikian adalah sudah seturut rencana dan kehendakNya saja di bumi seperti di dalam Surga. Dia mematikan mata kiriku karena Ia telah lama memperhatikan sosok iblis di dalamnya dan Ia tidak menghendaki hal itu terjadi di dalam diriku.
Jakarta, 12 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar