Senin, 18 April 2011

Trivial : Untukmu, Tahyudin

Silahkan klik link berikut sebelum membaca trivial yang kutulis di bawah ini, Back Office : February 2011.

Aku katakan kepada kalian yang berkali-kali menginginkan kejatuhanku. Aku ingin bercerita sedikit bagaimana Tuhan membentuk dan mendaur ulang hidupku. Dia mengizinkan kakiku terancam sebuah pistol berisi peluru timah panas, Dia mengizinkan kepalaku harus bocor dan mengucurkan darah akibat pemukulan stik golf oleh seorang pria berseragam, Dia juga mengizinkanku mengenal beberapa orang yang kehilangan makna hidup mereka tetapi bersemangat untuk kembali menemukan jalan hidup mereka. Tuhan memberikan segala cobaan-cobaan yang bersifat sementara itu hanya agar aku mampu membentuk karakter secara permanen.

Dan atas apa yang kalian lakukan kepadaku, percayalah, aku sekalipun tidak mengharapkan kalian terjatuh. Aku mengasihi kalian sebagaimana Tuhan mengasihiku. Tetapi aku ingin kalian mengerti, tidak perlu terburu-buru mengusirku. Aku akan pergi sendiri dan kembali kepada mereka yang menaruh cita-cita dan harapan besar tentang sebuah impian bukan-bukan yang mereka dan aku ciptakan.

Tenanglah, Kawan. Aku hanya ingin menyelesaikan tujuanku, kisahku. Kelak ketika aku menamatkan semua kisah ini, aku akan berhenti memainkan tokohku sekarang. Aku akan pergi dengan sendirinya. Kembali kepada sekumpulan kawan dengan ketulusan dan sebuah kepercayaan tanpa batas mereka untukku. Jika kelak saat itu tiba, maka aku akan memiliki sebuah kisah yang dapat kubagi dengan anak-anakku di sana, yang juga merupakan sebuah kebenaran akan pernyataanku tempo lalu kepada kalian, bahwa tujuan hidupku bukan pada kesuksesan, tetapi pada pencapaian sebuah nilai kemanusiaan yang nyaris hilang dari muka bumi.

Lalu apabila sudah tiba waktunya, aku akan mengatakan kepada seorang rekanku, yang kusebutkan namanya dalam trivialku terdahulu, Tata,"Aku bangga melihatmu. Nilai-nilai itu sudah kamu lakukan, bukan kamu umbarkan. Capailah nilai-nilaimu, meski kelak tanpa lagi aku."

Mengapa aku bangga kepadanya? Kalian yang tidak mengenalnya tidak akan pernah tahu. Tata hanya seorang Office Boy, tetapi jiwanya melebihi jabatan yang melekat pada dirinya. Berkali-kali dia menunjukkan nilai ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja. Mereka tidak tahu mengenai dirinya, tetapi aku tahu persis bagaimana ia memaksakan diri untuk bekerja meski menahan sakit yang sedang menyerangnya. Bagaimana ia tidak ingin tempatnya bekerja kerepotan karena kekurangan tenaga. Dan aku bangga atas itu, sebab segala hal yang dilakukannya adalah tanpa keluhan maupun tuntutan.

Bukan seberapa tinggi jabatanmu, tetapi seberapa tinggi nilai yang kamu junjung untuk mencitrakan jabatan itu sendiri.

"Studying, working, and loving is like playing the piano. When you play it just based on the manual book, it will sound like as it should. But when you play it with your feeling, it will sound endearing."

Belajar, bekerja, dan mencintai adalah seperti bermain piano. Saat kau memainkannya berdasarkan buku pandu, maka akan terdengar sebagaimana mestinya. Tapi saat kau memainkannya dengan perasaan, akan terdengar menawan.

Jakarta, 18 April 2011

Tidak ada komentar: