Rania memang ajaib. Manusia dengan pendengaran ala tokoh-tokoh komik. Pendengaran super. Ia mampu mendengar suara dari frekuensi terendah hingga yang tertinggi, sehingga suara segala macam makhluk bisa didengarnya. Dan hebatnya, otaknya mampu menjadi media penerjemah bahasa para makhluk.
Rania buru-buru keluar rumah. Ia mencari sumber suara. Ditemukannya asal suara tersebut dari kepompong biru. "Hei, manusia! Keluarkan aku!"
Rania mengupas kulit kepompong itu dengan perlahan-lahan dan hati-hati sekali. Ia mengeluarkan seekor makhluk dengan sayap yang terkatup rapat. Sepertinya lemas. Tubuh makhluk itu kelihatan lemah, seperti kehabisan energi, seolah baru saja melakukan aktivitas luar biasa.
"Hei, kupu-kupu biru, istirahatlah. Lalu terbanglah."
Saat kupu-kupu biru itu hendak menghentakkan kakinya untuk lepas landas, ia kecewa. Tubuhnya tidak bisa terbang.
Sementara itu, tidak jauh, tepat di sebelahnya, kepompong hijau mulai bergetar lagi. Sepasang sayap muncul dari dalam. Mengoyak dinding kepompong itu. Dia keluar dengan sayap tegak menantang. Sayapnya sudah menyerap segenap zat-zat yang dibutuhkan untuk pembentukannya. Dia terbang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzyHPq44ePtybD5V9QpsDPgOoX2vBtlf_06ESrY3cOVyr6JRFB3TULIiUqKYkMfl0UL96aKZBKkMhT3KPKa0qzezuCOtzCi9hXwTrgPiEi9t4of52rqmGZXBUOXXNUD1s5klytXwKrSukQ/s320/cocoon2.gif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar