Jumat, 21 Januari 2011

Dayat

Ketika Dayat mengatakan ia tidak pernah melihat Tuhan turun untuk membawa agama, ia mengatakan bahwa Tuhan turun untuk mengajarkan agama, untuk kemudian diperkenalkan dalam satu kata sederhana bernama 'kasih'.

Ketika Dayat mengatakan itu, ia memulai dongengnya dengan pembukaan suatu situasi dimana para manusia yang sibuk meracik manuskrip tua, berharap memperoleh pengetahuan bernama 'perbedaan'.

Dengan aneka pertimbangan yang entah, mereka memecahnya, dan melahirkan nama-nama untuk diakui dunia, bahwa itulah agama.

Kemudian mereka mengatakan bahwa setiap manusia beragama mengakui kebebasan menjalankan ibadahnya. Kedengarannya sangat manis, dimana ragam perbedaan dapat dipadukan tanpa konflik.

Tetapi mereka lupa, yang mereka lakukan selama ini hanya mempelajari, mempelajari manuskrip-manuskrip tentang alegori ketuhanan. Sedangkan Tuhan yang dikatakan Dayat itu datang untuk mengajar bukan belajar.

Mereka tak ingat bahwa untuk mengakui sebuah kebebasan, dibutuhkan batasan. Sedangkan manusia adalah makhluk yang tidak memiliki batasan-batasan, sehingga kebebasan justru kerap menjadi kebablasan.

Kemudian Dayat mengakhiri ceritanya dengan mengatakan,"Aku mengasihi kalian, meski aku akan segera mati di tangan kalian. Kalian tidak tahu apa yang kalian perbuat, oleh sebab itu aku memohon doa kepada Tuhan yang kuceritakan tadi untuk tidak menyalahkan kalian atas kebablasan ini."

Para eksekutor hukuman mati itu mengangkat pedang mereka, menebaskannya ke arah tambang yang mengikat pisau besar yang tergantung di atas kepala Dayat yang tak lagi berdaya lantaran telah diikat kuat seluruh tubuhnya.

Tidak ada komentar: